Laut Kita Penuh Harta Karun
Laut Kita Penuh Harta Karun
Penulis: Erlita
Pratiwi
Minggu pagi yang
cerah. Nara bersama ayah dan Om Benny, teman ayah, naik perahu motor
meninggalkan pelabuhan Tanjung Luar, Lombok Timur, menuju ke tengah laut lepas.
Ayah Nara yang mengemudikan perahu motor itu menuju perahu besar yang berada di
tengah laut.
Sesampainya di
perahu besar, Nara melihat teman-teman ayah membersihkan kerang mutiara.
Kerang-kerang itu kemudian akan dikembalikan ke dalam laut. Bila sudah cukup
umur, dipanen untuk diambil mutiara yang terdapat di dalam kerang.
Nara
memperhatikan kerang-kerang yang sedang dibersihkan. Lalu, ia memegang salah
satunya. Sama sekali tidak terlihat ada sesuatu yang mahal di dalamnya.
“Yang ini, mutiaranya
sudah sebesar apa, Ayah?” tanya Nara penasaran.
“Harus diperiksa
dengan sinar X terlebih dahulu, Nara. Baru nanti bisa terlihat,” kata ayahnya.
Nara pun hanya manggut-manggut.
“Tidak semua
proses mutiara berhasil, Nara. Dengan bantuan sinar-X, kita bisa tahu kerang
yang gagal,” kata Om Benny menjelaskan.
Om Benny lalu
menunjuk kerang yang sedang dibersihkan. “Ini namanya Pinctada maxima. Jenis
kerang ini menghasilkan mutiara berwarna keemasan. Kerang-kerang harus
dibersihkan dari siput dan binatang lain yang menempel. Hewan-hewan itu akan
mengisap makanan yang ada di dalam kerang. Nanti mutiaranya jadi tidak
sempurna.”
Nara menyimak
penjelasan Om Benny itu. “Pantas saja mutiara itu harganya mahal. Prosesnya
sulit dan lama ya, Om,” kata Nara.
Om Benny
mengangguk membenarkan.
“Kamu tahu tidak,
mutiara dari perairan Lombok sudah terkenal ke seluruh dunia, Nara. Dan
faktanya, hampir 43 persen mutiara di dunia itu dihasilkan dari Indonesia,”
tiba-tiba Om Benny berkata lagi.
“Wow, keren!”
Nara berseru kagum. ”Indonesia ternyata punya banyak harta karun di laut, ya,
Om,” kata Nara.
”Iya, Nara. Bangsa kita memang kaya akan
hasil laut. Bukan cuma mutiara, masih banyak kekayaan hasil laut lainnya, Nara.
Tapi, sayangnya, potensi sumber daya kelautan Indonesia yang sangat besar itu
sampai sekarang masih belum tergarap secara optimal, Nara,” lanjut Om Benny
dengan nada prihatin.
”Oh, begitu ya, Om?” Nara ikut merasa sedih
mendengarnya.
“Oleh karena itu, kamu belajar yang rajin, Nara!
Supaya saat kamu besar nanti, kamu dan generasi muda penerus bangsa lainnya
bisa mengolah kekayaan hasil laut Indonesia ini dengan baik. Bangsa kita
nantinya bisa menjadi makmur,” pesan Om Benny kemudian.
“Siap, Om!” Nara membuat gerakan hormat dengan
tangannya.
Om Benny dan Ayah Nara pun tersenyum senang, melihat
semangat Nara.
Bangsa
Indonesia memiliki sumber daya kelautan yang sangat kaya. Mari kita cintai dan
jaga kekayaan laut Indonesia.
Comments
Post a Comment