Dongeng Kura-Kura Membalas Budi
Kura-kura Membalas Budi
Ada seorang pemuda yang tinggal bersama bapaknya. Mata pencaharian mereka adalah bertani. Mereka mempunyai sepetak sawah kecil.
Walaupun mereka berdua miskin tetapi mereka berdua hidup dalam keadaan damai dan bahagia. Bapaknya adalah seorang yang baik hati dan anaknya adalah seorang anak yang patuh.
Waktu berlalu tahun demi tahun. Bapaknya makin hari semakin tua, semakin tidak bertenaga lagi. Walau sawah mereka kecil, tetapi jika hanya mengharapkan tenaga pemuda ini saja untuk menanam padi akan sangat susah.
Pada suatu hari Bapaknya mengeluarkan uang tabungannya selama bertahun-tahun hidup menghemat. Ia menyuruh pemuda ini pergi membeli seekor kerbau untuk membantunya membajak sawah.
Saat dalam perjalan, karena kecapekan dia beristirahat di atas sebuah batu besar. Di kejauhan kedengaran suara anak kecil yang sedang bermain. Karena heran dia mendekati mereka.
Dia melihat beberapa orang anak dengan bambu memukul sebuah batu, tetapi batu itu kelihatan bisa bergerak, dilihat dengan jelas rupanya itu adalah 5 ekor kura-kura. Seekor lebih besar dan yang 4 ekor lebih kecil.
Kelompok anak kecil ini membalikkan kura-kura itu seperti gasing memutar mereka, dengan bambu memukul mereka dan memaksa mereka mengeluarkan kepalanya.
Pemuda ini tidak tega melihat kejadian ini, dan berkata kepada kelompok anak kecil ini.
”Kenapa kalian mempermainkan kura-kura ini? dia juga mahluk hidup yang mempunyai perasaan sakit dan takut,” katanya.
Kelompok anak kecil itu tidak menghiraukannya.
”Kami dengan susah payah menangkap seekor ibu kura-kura dan 4 ekor anaknya, bukan urusanmu bagaimana kami akan memperlakukan kura-kura ini!” Jawab mereka.
Sekelompok anak kecil ini makin dinasehati makin mempergunakan cara yang makin keji menyiksa kura-kura itu.
”Anak-anak melihat orang tua mereka dihina orang akan merasa sakit hati, orang tua yang melihat anak-anaknya disiksa orang lain juga akan sakit hati! Kalian tolong lepaskan keluarga kura-kura ini,” kata pemuda itu.
Sekelompok anak kecil ini tidak peduli, malah mereka mengambil tali dan mengikat ke 5 ekor kura ini menjadi satu dan melempar mereka kesana kemari.
Pemuda ini bertanya kepada kelompok anak kecil ini dengan cara apa mereka mau melepaskan kura-kura ini. Mereka menjawab mereka akan menjual kura-kura ini, pemuda ini bertanya dengan berapa harga mereka akan menjualnya.
Mereka asal menjawab sebuah harga yang tinggi, pemuda ini memegang-megang uang dikantungnya berpikir jika membayar uang ini kepada kelompok anak ini maka dia tidak bisa membeli kerbau lagi, tetapi melihat mereka menyiksa kura-kura ini sungguh tidak tega, akhirnya dia menyerahkan semua uangnya kepada kelompok anak-anak ini.
Setelah melihat kelompok anak-anak ini pergi, dia berlutut dengan hati-hati melepaskan tali yang mengikat kura-kura ini, lalu seekor demi seekor dia melepaskan kura-kura ini ke sungai.
Mereka menengadahkan kepalanya memandang pemuda ini, mengeluarkan pancaran mata yang sangat berterima kasih.
”Cepat pergilah, jika tidak nanti kelompok anak kecil ini kembali lagi, kalian akan berada dalam keadaan bahaya, cepat berenang menjauh dari sini supaya saya dapat meninggalkan kalian dengan tenang!” Kata pemuda itu.
Keluarga kura-kura ini seakan mengerti apa yang dikatakannya berenang menjauh dengan cepat, tetapi ketika mereka sampai di pertengahan sungai mereka masih membalikkan kepalanya melihat pemuda ini.
Pemuda ini setelah pulang kerumah, menceritakan kejadian ini kepada bapaknya, bapaknya sangat gembira mendengar ceritanya.
”Perbuatanmu sungguh terpuji, dengan uang itu dapat menyelamatkan 5 nyawa, lebih berharga daripada membeli seekor kerbau! Kita berdua masih sehat, rajin sedikit bekerja pasti akan bisa mengumpulkan uang lagi membeli kerbau,” kata bapaknya.
Selang beberapa hari kemudian, pada suatu tengah malam, Bapaknya mendengar suara ketukan pintu .
“tok..tok.tok.”
Bapak lalu membuka pintu. Di depan pintu nampak seekor kerbau yang berdiri, di lehernya tergantung secarik kertas yang tertulis.
”Keluarga kura-kura dipinggir sungai mengumpulkan uang dan membeli seekor kerbau sebagai hadiah balas jasa kepada tuan penolong kam," bunyi kertas tersebut.
Walaupun ini adalah sebuah legenda, tetapi disini kelihatan jelas ada dua cara memperlakukan mahluk hidup. Satu meremehkan mahluk hidup, menyiksa dan menyakitinya, sedang yang lain menyayangi semua mahluk hidup. Walaupun wujud dan bentuk mereka sangat berlainan dengan kita, tetapi kita harus tetap menghormati, melindungi hak-haknya supaya dapat hidup dengan tenang.
Berbelas kasih kepada semua mahluk adalah sebuah kehangatan hati, sebuah pemandangan yang indah! Saya harap dalam kehidupan ini kita lebih banyak membuka hati kita melihat betapa indahnya alam semesta ini. Betapa indahnya hidup ini, dengan segenap hati menjaga kelestarian alam semesta supaya dunia ini lebih dapat bersinar lebih cerah lagi. (Erabaru.net/ Hui)
Comments
Post a Comment